Maukan kamu mijit Bapak lagi ? Pegal2 nih kan udah seminggu? Bisa Pak, jam berapa Bapak pulang ? Sekarang? Baik Pak, tapi saya mau mandi dulu? Agak lama aku menunggu di depan pintu baru Dewi membukanya. Maaf Pak, tadi baru mandi Kata Dewi tergopohgopoh. Ah, penisku mulai bergerak naik. Dewi mengenakan daster yang basah di beberapa bagian dan jelas sekali bentuk bulat buah kembarnya sebagai tanda dia tak memakai BH. Mungkin buruburu. Engga apaapa.
Bisa mulai ? Bisa pak saya ganti baju
dulu? Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak
jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk
kamar dan segera bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak
berdiri. Kututup dengan belitan handuk. Pintu diketok. Dewi masuk.
Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah, agak ketat,
agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah,
membuatnya makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan
bersih kulitnya.
Dada itu kelihatan makin menonjol saja.
Penisku berdenyut. Siap Dew? Ya pak? Dengan hanya berbalut handuk, aku
rebah ke tempat tidur, tengkurap. Dewi mulai dengan memencet telapak
kakiku. Ini mungkin urutan yang benar. Cara memijat tubuhku bagian
belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau
memijat pantat, Dewi melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil
sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat
bahuku. Selama telungkup ini, penisku bergantiganti antara tegang dan
surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol
basabasi dan serius?, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.
Depannya Pak? Dengan tenang aku
membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang
telanjang di depan pembantu. Penisku sedang surut. Dewi melirik penisku,
lagi2 hanya sekilas, sebelum mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan
jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk buah dadanya di balik
pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai
mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri. Cara mengurut paha
masih sama, sesekali menyentuh buah pelir. Bedanya, Dewi lebih sering
memandangi kelaminku yang telah dalam kondisi siap tempur. Kenapa Dew?
Aku mulai iseng bertanya.
Ah engga katanya sedikit gugup.?Cepet
bangunnya hi ..hi..hi..? katanya sambil ketawa polos. Iya dong. Kan
masih sip kata kamu? Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari
paha dia terus mengurut dadaku, kali ini dia langsung menggarap penisku,
tanpa kuminta ! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi ? Jangan
berharap dulu, mengingatkesetiaan?nya kepada isteriku. Cara mengurut
penisku masih sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan.
Jadi aku tak sempat mendaki?, cuman
pengin menyetubuhinya ! Udah. Benar2 masih sip, Pak? Mau coba sipnya ?
kataku tiba2 dan menjurus. Wajahnya sedikit berubah. Jangan dong Pak,
itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu? Engga apaapa asal engga ada
yang tahu aja ? Dewi diam saja. Dia berpindah ke dadaku. Artinya jarak
kami makin dekat, artinya rangsanganku makin bertambah, artinya aku bisa
mulai menjamahnya. Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah
terbuka yang menampakkan daging dada putih yang setengah terhimpit itu.
Aduuuhhh. Aku mampu bertahan engga nih. Apakah aku akan melanggar
janjiku ? Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusapusap
pantatnya yang padat dan menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Dewi
menghindar dengan sopan.
Tapi kali ini tanganku bandel, terus
saja kembali ke situ meski dihindari berkalikali. Lama2 Dewi
membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai
meremasremas pantat itu, Dewi tak berreaksi, masih asyik mengurut. Dewi
masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya
mengeluselus pahanya. Tapi itu tak lama, Dewi mengubah posisi
berdirinya dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil
menarik nafas panjang. Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena
memang sesak atau mulai terangsang ? Tanganku mulai diurut. Ini berarti
kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan dia mengurut
lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi.
Aku makin nekat.
Tangan kananku yang sedari tadi
nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu. Paak Katanya pelan sambil
menyingkirkan tanganku. Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku
sudah tak tahan untuk tak meremasi buah dada itu. Kudengar nafasnya
sedikit meningkat temponya. Entah karena capek memijat atau mulai
terangsang akibat remasanku pada dadanya. Yang penting : Dia tak
menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas
kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi.
Merasa kurang leluasa, satu lagi kancingnya kulepas. Kini telapak
tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BHnya, Ah putting
dadanya sudah mengeras ! Dewi menarik telapak tanganku dari dadanya.
Bapak kok nakal sih Katanya, dan .. tibatiba dia merebahkan tubuhnya ke
dadaku.
Aku sudah sangat paham akan sinyal ini.
Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk tubuhnya erat2
lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur. Kubuka
kancing blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada
sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu.
Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada kirinya. Bukan
main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih. Kuturunkan tali
Bhnya sehingga putting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan
mulutku.Aaahhffffhhhhh. Paaaaak? rintihnya. Tak ada penolakan.
Aku pindah ke dada kanan, kulum juga.
Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BHnya
sehingga jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Dewi ke kasur, dada
besar itu berguncang indah. Kembali aku menciumi, menjilati dan
mengulumi kedua buah dadanya. Dewi tak malu2 lagi melenguh dan merintih
sebagai tanda dia menikmati cumbuanku. Tanganku mengusapi pahanya yang
licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CDnya Jangan Pak.
Kata Dewi terengah sambil mencegah
melorotnya CD. Wah engga bisa dong aku udah sampai pada point noreturn,
harus berlanjut sampai hubungan kelamin. Engga apaapa Dew ya. Bapak
pengin. Badan kamu bagus bener ? Waktu aku membuka Cdnya tadi, jelas
kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah
terangsang. Aku melanjutkan menarik CDnya hingga lepas sama sekali. Dewi
tak mencegah lagi. Benar, Dewi punya bulu kelamin yang lebat. Kini
dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi.
Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan
lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala penisku di lubang yang
telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya.
Auww. Pelan2 Pak. Sakit.!? Bapak pelan2 nih ? Aku tarik sedikit lalu
memainkannya di mulut vaginanya. Bapak sabar ya. Saya udah lamaa sekali
engga gini ? Ah masa ? Benar Pak? Iya deh sekarang bapak masukin lagi
ya. Pelan deh..? Benar Bapak engga bilang ke Ibukan ? engga dong gila
apa? Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugesergeser
lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya.
0 comments:
Post a Comment