
Merasa terangsang atau lagi punya hasrat
seksual tinggi ada tanda-tandanya, gaes. Salah satu tanda kalau hasrat
seksual lagi tinggi adalah, seseorang cenderung lebih sering bohong.
Yap, menurut studi dari University of Rochester, Amerika Serikat,
seseorang yang lagi punya hasrat seksual tinggi akan lebih sering bohong
dan berkata apa aja kepada pasangan, asalkan bisa memenuhi hasratnya.
“Ketika ada kesempatan untuk memenuhi
rangsangan itu, seseorang bakal menyesuaikan sikapnya, memperindah
kata-katanya, dan kadang berbohong kepada pasangan,” kata peneliti,
dilansir New York Post.
Untuk mendapatkan kesimpulan ini, tim
riset meneliti perilaku 600 orang saat berinteraksi dengan lawan jenis.
Mereka diminta untuk mengisi kuesioner, dan satu grup diberikan
gambar-gambar yang mengandung unsur seksual, sementara grup lainnya
enggak.
JOIN NOW : SediaQQ Agen Poker Online Terpercaya
Peneliti menemukan, mereka yang terpapar
gambar berunsur seksual cenderung punya opini berbeda, dari yang
sebelumnya mereka ungkapkan lewat kuesioner. Para responden juga
berbohong di beberapa hal, kayak apakah mereka mau berhubungan sama
seseorang yang rajin olah raga atau enggak.
“Berbohong ini dianggap sebagai sikap
yang enggak masalah demi memberi kesan ke lawan jenis,” jelas peneliti.
Enggak cuma pas lagi punya hasrat seksual tinggi, seseorang juga
cenderung berbohong dalam beberapa topik –seperti soal mantan pacar–
ketika lagi ngobrol sama orang cantik atau ganteng.
“Orang bakal melakukan apa aja biar bisa
nyambung sama orang asing yang mereka nilai menarik. Karena ketika
sistem seksual lagi aktif, kamu bakal merasa terpacu untuk memberikan
sisi terbaik dari dirimu. Ini berarti, kamu bakal ngomong apa aja asal
terlihat lebih baik,” pungkas peneliti.
Bagaimana Cara Mengubah Pasangan?
Jika pertanyaan terpopuler kaum lajang
adalah seputar bagaimana cara mendapatkan pasangan, pertanyaan
terpopuler kaum berpasangan (baik pacaran atau menikah) adalah seputar
bagaimana mengubah sikap buruk pasangan agar jadi hilang dan lebih baik.
Kedua pertanyaan itu sepertinya tidak
berhubungan, namun berdasarkan pengalaman saya, jawaban pertanyaan
pertama itu akan menentukan seberapa cepat dan seberapa sering kita akan
terbentur pertanyaan kedua.
Seseorang yang mencari pasangan dengan
cara sembarangan (baca: jadi orang apa adanya sehingga dapat pasangan
yang apa adanya juga) tentu akan bertemu jauh lebih banyak kekecewaan
dan ketidakbahagiaan di sepanjang hubungan itu.
Seseorang yang menikah ugal-ugalan (baca:
tanpa melalui masa pacaran yang cukup panjang) tentu akan dihadapkan
dengan lebih banyak kejutan, bentrokan, dan berbagai ketidakcocokan
lainnya. Seseorang yang nekat memacari (atau menikahi) orang
payah/brengsek dengan harapan bisa memperbaiki dia tentu akan dihajar
realita keras bahwa kelakuan pasangan semakin lama justru semakin parah
menjadi-jadi.
0 comments:
Post a Comment